Isu Tentang Pergantian Wali Nanggroe, Apa Pentingnya Wali Nanggroe untuk Aceh?
![]() |
| Hampir 5 Tahun sudah jabatan wali nanggroe Aceh dikuasai oleh PYM Tgk Malik Mahmud Alhaytary namun tidak membawa perubahan yang signifikan untuk rakyat Aceh |
Dibalik isu tersebut tidak banyak rakyat Aceh yang merasakan dampak dan manfaat dari keberadaan lembaga wali nanggroe di Aceh, tak hanya itu saja, masyarakat umum juga tak banyak yang mengetahui peran dan fungsi wali nanggroe di Aceh.
Hampir 5 Tahun sudah jabatan wali nanggroe Aceh dikuasai oleh PYM Tgk Malik Mahmud Alhaytary namun tidak membawa perubahan yang signifikan untuk rakyat Aceh.
Merujuk pada Qanun Aceh Nomor 8 Tahun 2012 Tentang Lembaga Wali Nanggroe Aceh dituliskan bahwa,
Wali Nanggroe Aceh merupakan seorang pemimpin yang bersifat personal dan independen yang memimpin Lembaga Wali Nanggroe.
Lembaga Wali Nanggroe juga Lembaga kepemimpinan adat sebagai pemersatu masyarakat yang independen, berwibawa, dan berwenang membina dan mengawasi penyelenggaraan kehidupan lembaga-lembaga adat, adat istiadat, bahasa dan pemberian gelar/derajat dan upacara-upacara adat lainnya.
Dalam lembaga Wali Nanggroe Aceh terdapat beberapa istilah jabatan dalam tatanan kerajaan wali nanggroe Aceh diantaranya, Waliyul’ahdi adalah pemangku Wali Nanggroe atau orang yang merupakan perangkat kerja Lembaga Wali Nanggroe yang melaksanakan tugas, fungsi dan kewenangan Wali Nanggroe, apabila Wali Nanggroe tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan tetap.
Selanjutnya juga ada sebutan Majelis fatwa, majelis fatwa adalah Majelis Tinggi di bawah Lembaga Wali Nanggroe yang memutuskan hukum agama dan mengeluarkan fatwa-fatwa yang sesuai dengan mahzab Syafii sebagai mahzab mayoritas dan mengakui tiga mahzab lainnya yang ahlusunnah waljamaah
Mufti adalah Ketua Majelis Fatwa. Majelis Tuha Peuet Wali Nanggroe adalah majelis tinggi di bawah Lembaga Wali Nanggroe yang anggotanya dipilih oleh Komisi Pemilihan Tuha Peuet dan ditetapkan dengan Keputusan Wali Nanggroe.
Majelis Tuha Lapan Wali Nanggroe adalah Majelis Tinggi Lembaga Wali Nanggroe yang anggotanya berasal dari para Imum Mukim pada kabupaten/kota.
Keurukon Katibul Wali adalah Lembaga Kesekretariatan pada Lembaga Wali Nanggroe. Katibul Wali adalah Kepala Sekretariat pada Keurukon Katibul Wali.
Reusam adalah Peraturan Wali Nanggroe yang mengatur tentang keselamatan dan ketertiban serta kenyamanan dengan segala perangkat sistem pengawalan terhadap Lembaga Wali Nanggroë yang terdiri dari reusam syar’i (protokoler tetap), reusam aridh (protokoler yang diadopsi), reusam daruri (penting), reusam nafsi (reusam itu sendiri), reusam nazari (reusam yang ditetapkan), reusam uruf (reusam yang berlaku), reusam ma’ruf (reusam yang dibiasakan), reusam muqabalah (reusam timbal balik), reusam mu’amalah (reusam pergaulan sehari-hari), reusam ijma’ mahkamah jam’iyah (reusam yang disepakati bersama oleh Majelis Tuha Peuet Wali Nanggroe dan Tuha Lapan).
Majelis Perempuan adalah Majelis fungsional Lembaga Wali Nanggroe yang anggotanya dipilih oleh Majelis Tuha Peuet Wali Nanggroe dan ditetapkan dengan Keputusan Wali Nanggroe.
Imum Mukim adalah pimpinan masyarakat hukum adat yang terdiri dari kumpulan beberapa gampong yang bertugas mengusulkan pendapat dari mukim-mukim dan/atau menerima arahan dari keputusan Majelis Tuha Peuet Wali Nanggroe.
Sedangkan, Bahasa Aceh adalah bahasa-bahasa yang hidup dan berkembang dalam masyarakat Aceh.
Sementara fungsi dan tugas Wali Nanggroe yang tercantum dalam Qanun Aceh Tahun 2012 diantaranya ialah.
Wali Nanggroe Aceh merupakan pemersatu yang independen dan berwibawa serta bermartabat, pembina keagungan dinul Islam, kemakmuran rakyat, keadilan, dan perdamaian, pembina kehormatan dan kewibawaan politik, adat, tradisi sejarah, dan tamadun Aceh, danpembina/pengawal/penyantun pemerintahan Rakyat Aceh.
Sedangkan tugas wali nanggroe itu sendiri ialah untuk mempersatukan rakyat Aceh, meninggikan dinul Islam, mewujudkan kemakmuran rakyat, menegakkan keadilan, dan menjaga perdamaian, menjaga kehormatan dan kewibawaan politik, adat, tradisi sejarah, dan tamadun Aceh dan mewujudkan pemerintahan rakyat Aceh yang sejahtera dan bermartabat. (*)
Sumber: Acehsatu[.]com

0 comments:
Posting Komentar